Berkat
huruf Braille orang buta kini mampu lebih banyak membaca. Berkat penemuan itu
mereka seperti melihat dunia dan menjelajahi dunia melalui buku-buku yang sudah
diterjemahkan ke dalam huruf Baille.
Hari ini pantaslah kita mengenang penciptanya yaitu Louis Braille. Braille
lahir tepat 204 tahun lalu, 4 Januari 1809 di Coupvray, kota kecil di pedalaman
sebelah utara Paris, Prancis. Braille sendiri adalah seorang buta tetapi bukan
buta bawaan dari lahir.
Braille lahir dari keluarga berada, pasangan Simon Rene dan Monique. Ia punya
tiga kakak, Monique Catherine Josephine Braille, Louis-Simon Braille, dan Marie
Celine Braille. Mereka tinggal di suatu tanah peternakan seluas tiga hektar.
Ayahnya mengelola bisnis kulit yang sukses.
Sewaktu kecil Braille sering main-main di tempat kerja ayahnya mengolah kulit.
Suatu kali saat ia berusia tiga tahun ia mencoba menggunakan peralatan
pengolahan kulit milik ayahnya. Ia sedang membuat lubang di permukaan kulit
menggunakan alat penusuk bergagang seperti obeng. Namun saat menekannya, alat
itu malah berbalik. Karena ia terlalu dekat ke permukaan kulit yang
dilubanginya, entah bagaimana tiba-tiba ujung alat penusuk itu mengenai salah
satu matanya.
Matanya tak segera dioperasi karena tinggal jauh dari kota besar tapi dapat
penanganan dari ahli pengobatan setempat. Baru besoknya dibawa ke Paris. Namun
meski sudah dioperasi tak menolong infeksinya. Infeksi itu malah menjalar ke
mata satunya hingga kemudian kedua matanya jadi buta.
Braille mulai sekolah saat usianya 10 tahun. Karena prestasinya bagus, ia
kemudian masuk sekolah khusus tunanetra pertama di dunia, National Institute
for Blind Youth di Paris. Di sekolah itu murid-muridnya sudah dikenalkan pada
sistem membaca bagi orang buta yang diciptakan pendiri sekolah itu, Valentin
Hauy. Namun cara itu kurang praktis karena berupa huruf-huruf yang
ditonjolkan. Juga anak-anak sulit membuat sendiri, jadi hanya bisa baca.
Sehingga kalau dapat surat sulit membalasnya.
Sekitar tahun 1821 Braille berkenalan dengan tentara Prancis bernama Charles
Barbier. Ia diajarkan bagaimana tentara membaca pesan yang harus dibaca dalam
gelap tanpa penerangan. Tulisan itu dibuat dengan tonjolan berupa titik dan
garis. Meski ini pun tidak praktis bagi orang buta, Braille terinspirasi untuk
membuat kode baru yang kelak dinamakan huruf Braille yang ia selesaikan tahun
1824. Sejak itulah para tunanetra bisa membaca lebih baik.
“Akses komunikasi dalam arti luas adalah akses pada ilmu pengetahuan, dan itu
sangat penting bagi kami (orang buta) sehingga tak perlu dilecehkan dan dibantu
orang normal. Kami tak perlu dikasihani, kami tidak perlu diingatkan. Kami
perlu kesetaraan, dan komunikasi adalah cara untuk melakukannya,” kata
Brailler. Dan seperti kita ketahui, berkat huruf Braille itulah kesetaraan
didapat. Sejumlah tokoh tunanetra mampu jadi ilmuwan hebat, penulis kenamaan,
bahkan petualang. Braillelah sang pembuka jalan.
sumber: andriewongso[dot]com
Post a Comment