Memang sudah menjadi kebiasaan
bagi khalifah Umar bin Al Khatthab untuk keluar rumah di waktu malam, pergi
menelusuri lorong-lrong panjang di sekitar kota madinah. Kebiasaan khalifah
keluar rumah di malam hari itu, adalah untuk mengetahui dari dekat bagaimana
kehidupan rakyatnya yang sesungguhnya dan guna mendengar secara langsung keluh
dan jeritan hati mereka,yang selanjutnya supaya diperbaiki oelanjutan kleh khalifah.Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Maka tersebutlah dalam sebuah
kisah bahwa pada suatu malam, khalifah Umar beserta beberapa orang pengawalnya
keluar mengitari kota Madinah. Jalan demi jalan terlewati dan akhirnya
sampailah mereka ke sebuah kampung yang jauh di ujung kota. Di samping itu,
mereka berhenti beberapa lama, guna beristirahat melepas lelah,bersandar pada
sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari jalan. Pada waktu itu malam sunyi
sepi, malam gelap gulita, sehingga tak ada seorang juapun yang mengetahui
keadaan mereka di temat itu.
Dalam keheningan malam seperti
itu, tiba-tiba Khalifah Umar dan para pengawalnya dikejutkan oleh suara seorang
perempuan yang ada di dalam rumah itu. Perempuan itu menyuruh anak gadisnya
untuk bangun dari tidurnya. Khalifah Umar dan pengawal-pengawalnya duduk tegak
mendengarkan apa gerangan yang dibicarakan oleh sang ibu kepada anak gadisnya
ditengah malam buta itu.”Bangunlah anakku, bangkitlah dari temapt tidurmu,
campurlah susu yang akan kau jual besok pagi dengan air sebanyak beberapa
gelas, supaya susu itu bertambah banyak dan agar nanti engkau menjualnya
mendapat keuntungan lebih besar”. Demikian perintah ibu kepada anak gadisnya.
“Wahai ibuku sekali-kali aku
tidak mau melakukan hal itu, sebab aku pernah mendengar bahwa Khalifah Umar
pernah melarang mencampur air dengan susu dengan maksud untuk memperoleh
untungyang besar”, sahut anak gadisnya. Berkata pula ibunya,”Hai anakku, apa
sekarang ini Khalifah Umar ada melihatmu? Bangunlah segera dan campurlah susu
itu dengan air! Anak gadis itu menjawab:”Walaupun Khalifah Umar tidak melihat
apa yang saya perbuat ditengah-tengah malam yang sunyi ini, tetapi bukankah segala gerak-gerik
kita pasti dilihat dan diperhatikan oleh Alllah SW? Bukankah tidak wajar sekali
kita takut di waktu terang tetapi tidak takut di waktu gelap?Mendengar jawaban
anaknya yang sangat tepat itu, ibunya pun diam, tidak berkata lagi barang
sepatah jua pun. Keadaan dalam rumah itu menjadi sepi kembali seperti sedia
kala.
Selesai mendengarkan percakapan
seorang ibu dengan anak gadisnya itu, lalu Khalifah Umar memerintahkan kepada
salah seorang pengawalnya meletakan sesuatu tanda pada pintu rumah itu , supaya
nanti mudah dikenal. Kemudian mereka bangkit meninggalkan rumah itu, dan
kembali pulang. Keesokan harinya Khalifah Umar bertanya pada salah seorang
pengawalnya:”Masih ingatkah engkau rumah tempat kita bersandar semalam ?
siapakah kiranya penghuni rumah itu?”. Jawab pengawal:”Yaa Amirul Mukminin,
insya Allah saya masih ingat akan rumah itu. Menurut dugaan saya, di rumah itu
tidak ada orang laki-laki, penghuninya hanyalah seorang ibu dan anak gadisnya.
Mata pencaharian gadis itu sehari-harinya adalah sebagai penjual susu”. Jawaban
pengawal itu tepat sekali dengan dugaan Khalifah Umar sendiri, karena itu
Khalifah Umar meng iya iya kan apa yang dikatan pengawalnya itu.
Berselang beberapa hari Khalifah
Umra memanggil seorang puteranya yang bernama Ashim, salah seorang putranya
yang masih bujangan. Ashim telh berada di hadapannya, berkatalah ayahandanya
iyu :”Bagaimanakah pendapat mu wahai anakku, seandainya engkau bapak jodohkan
dengan seorang gadis terpercaya yang takut kepada Allah dikala terang dan
gelap?”Ashim putranya menjawab:”sangat baik apa yang ayahanda pilihkan untuk
ananda itu”. Mendengar jawaban puternya itu hati Khalifah menjadi gembira. Pada
hari yang lain Khalifah Umar mendatangi rumah gadis penjual susu itu, untuk
meminangnya sebagai teman hidup putranya Ashim.
Lamaran Khalifah Umar dirasakan
oleh ibu si gadis bagaikan mendapat durian runtuh. Ia tidak menyangka, seorang
kepala negara akan mau memungut seorang gadis dudun yang tinggal jauh di luar
kota. Malah ia sama sekali tidak menduga bahwa seorang Khalifah mau
menginjakkan kakinya di gubuk rakyat kecil seperti gubuknya itu. Tetapi ternyata
apa yang diluar dugaanya itu telah terjadi dengan sebenarnya, bahkan telah
terjadi pada dirinya dan anak gadisnya sendiri.
Lamaran Khalifah Umar diterimanya
dengan segala senang hati. Setelah persetujuan tercapai antara kedua belah
pihak, maka dilangsungkanlah pernikahan antara Ashim putra Khalifah Umar dengan
seorang gadis penjual susu. Sejak saat itu resmilah gadis penjual susu itu
menjadi menantu seorang kepala negara, Amirul Mukminin Umar Bin Khatthab. Dari
perkawinan itu lahirlah putra-putra mereka yang kemudian hari menjadi pemimpin
dan pembesar negara yang terkenal.
Post a Comment