Selamat datang di Khazanah-ID.bdg

Gadis Penjual Susu

Tuesday, 24 July 20120 comments



Memang sudah menjadi kebiasaan bagi khalifah Umar bin Al Khatthab untuk keluar rumah di waktu malam, pergi menelusuri lorong-lrong panjang di sekitar kota madinah. Kebiasaan khalifah keluar rumah di malam hari itu, adalah untuk mengetahui dari dekat bagaimana kehidupan rakyatnya yang sesungguhnya dan guna mendengar secara langsung keluh dan jeritan hati mereka,yang selanjutnya supaya diperbaiki oelanjutan kleh khalifah.Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Maka tersebutlah dalam sebuah kisah bahwa pada suatu malam, khalifah Umar beserta beberapa orang pengawalnya keluar mengitari kota Madinah. Jalan demi jalan terlewati dan akhirnya sampailah mereka ke sebuah kampung yang jauh di ujung kota. Di samping itu, mereka berhenti beberapa lama, guna beristirahat melepas lelah,bersandar pada sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari jalan. Pada waktu itu malam sunyi sepi, malam gelap gulita, sehingga tak ada seorang juapun yang mengetahui keadaan mereka di temat itu.
Dalam keheningan malam seperti itu, tiba-tiba Khalifah Umar dan para pengawalnya dikejutkan oleh suara seorang perempuan yang ada di dalam rumah itu. Perempuan itu menyuruh anak gadisnya untuk bangun dari tidurnya. Khalifah Umar dan pengawal-pengawalnya duduk tegak mendengarkan apa gerangan yang dibicarakan oleh sang ibu kepada anak gadisnya ditengah malam buta itu.”Bangunlah anakku, bangkitlah dari temapt tidurmu, campurlah susu yang akan kau jual besok pagi dengan air sebanyak beberapa gelas, supaya susu itu bertambah banyak dan agar nanti engkau menjualnya mendapat keuntungan lebih besar”. Demikian perintah ibu kepada anak gadisnya.
“Wahai ibuku sekali-kali aku tidak mau melakukan hal itu, sebab aku pernah mendengar bahwa Khalifah Umar pernah melarang mencampur air dengan susu dengan maksud untuk memperoleh untungyang besar”, sahut anak gadisnya. Berkata pula ibunya,”Hai anakku, apa sekarang ini Khalifah Umar ada melihatmu? Bangunlah segera dan campurlah susu itu dengan air! Anak gadis itu menjawab:”Walaupun Khalifah Umar tidak melihat apa yang saya perbuat ditengah-tengah malam yang  sunyi ini, tetapi bukankah segala gerak-gerik kita pasti dilihat dan diperhatikan oleh Alllah SW? Bukankah tidak wajar sekali kita takut di waktu terang tetapi tidak takut di waktu gelap?Mendengar jawaban anaknya yang sangat tepat itu, ibunya pun diam, tidak berkata lagi barang sepatah jua pun. Keadaan dalam rumah itu menjadi sepi kembali seperti sedia kala.
Selesai mendengarkan percakapan seorang ibu dengan anak gadisnya itu, lalu Khalifah Umar memerintahkan kepada salah seorang pengawalnya meletakan sesuatu tanda pada pintu rumah itu , supaya nanti mudah dikenal. Kemudian mereka bangkit meninggalkan rumah itu, dan kembali pulang. Keesokan harinya Khalifah Umar bertanya pada salah seorang pengawalnya:”Masih ingatkah engkau rumah tempat kita bersandar semalam ? siapakah kiranya penghuni rumah itu?”. Jawab pengawal:”Yaa Amirul Mukminin, insya Allah saya masih ingat akan rumah itu. Menurut dugaan saya, di rumah itu tidak ada orang laki-laki, penghuninya hanyalah seorang ibu dan anak gadisnya. Mata pencaharian gadis itu sehari-harinya adalah sebagai penjual susu”. Jawaban pengawal itu tepat sekali dengan dugaan Khalifah Umar sendiri, karena itu Khalifah Umar meng iya iya kan apa yang dikatan pengawalnya itu.
Berselang beberapa hari Khalifah Umra memanggil seorang puteranya yang bernama Ashim, salah seorang putranya yang masih bujangan. Ashim telh berada di hadapannya, berkatalah ayahandanya iyu :”Bagaimanakah pendapat mu wahai anakku, seandainya engkau bapak jodohkan dengan seorang gadis terpercaya yang takut kepada Allah dikala terang dan gelap?”Ashim putranya menjawab:”sangat baik apa yang ayahanda pilihkan untuk ananda itu”. Mendengar jawaban puternya itu hati Khalifah menjadi gembira. Pada hari yang lain Khalifah Umar mendatangi rumah gadis penjual susu itu, untuk meminangnya sebagai teman hidup putranya Ashim.
Lamaran Khalifah Umar dirasakan oleh ibu si gadis bagaikan mendapat durian runtuh. Ia tidak menyangka, seorang kepala negara akan mau memungut seorang gadis dudun yang tinggal jauh di luar kota. Malah ia sama sekali tidak menduga bahwa seorang Khalifah mau menginjakkan kakinya di gubuk rakyat kecil seperti gubuknya itu. Tetapi ternyata apa yang diluar dugaanya itu telah terjadi dengan sebenarnya, bahkan telah terjadi pada dirinya dan anak gadisnya sendiri.
Lamaran Khalifah Umar diterimanya dengan segala senang hati. Setelah persetujuan tercapai antara kedua belah pihak, maka dilangsungkanlah pernikahan antara Ashim putra Khalifah Umar dengan seorang gadis penjual susu. Sejak saat itu resmilah gadis penjual susu itu menjadi menantu seorang kepala negara, Amirul Mukminin Umar Bin Khatthab. Dari perkawinan itu lahirlah putra-putra mereka yang kemudian hari menjadi pemimpin dan pembesar negara yang terkenal.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Khazanah | Khazanah | Khazanah |
Copyright © 2011. Khazanah - All Rights Reserved
Template Created by Khazanah Modify by Khazanah
Proudly powered by Blogger
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...