Pada zaman dahulu kala ada seorang raja bernama Hajjaj bin Yusuf memerintah di negeri Irak. Raja itu terkenal sangat kejam dan bengis sehingga seluruh rakyatnya sangat takut kepadanya. Pada suatu Jum’at Raja Hajjaj berkhutbah di masjid Kufah. Khbahnya lancar bagus dan sudah dipahami oleh pendengarnya. Akan tetapi khutbah itu terlalu panjang dan memakan banyak waktu, yang menyebabkan jamaah jum’at merasa jemu mendengarkannya. Diantara jamaah yang hadir, terdapat beberapa orang arab badui yang datang dari kampong yang jauh dari kota. Sebagaimana jamaah lain, merekapun merasa bosan mendengarkan khutbah raja yang panjang itu. Salah seorang arab badui itu langsung menegur,”Hai raja waktu asar hamper tiba. Kami telah merasa bosan mendengar khutbahmu yang panjang itu, sedangkan Allah itu tidak menyukai hal yang demikian itu. Akhirilah segera khutbahmu sebab para jamaah sudajh gelisah!”.
Tak lamam setelah itu Hajjaj pun mengakhiri khutbahnya, kemudian imam dan jamaah langsung meneruskan sholat jumat. Setelah selesai sholat raja lalu memerintahkan pengawalnya agar menangkap orang badui yang menegurnya sewaktu berkhutbah tadi dan memasukannya ke dalam penjara. Melihat kejadian itu angota rombongan badui yang lainnya merasa cemas, takut dan khawatir temannya itu mendapat siksaan berat dari raja, maka merekapun pergi menghadap raja memohon agar raja menaruh belas kasihan pada kawannya yang telah berbuat tidak sopan itu dan semoga raja berkenan membebaskannya kembali.
Kepada raja mereka berkata, “kasihanilah teman kami itu, sebab dia adalah orang yang kurang waras”. Mendengar perkataan orang orang badui itu, raja Hajjaj menjawab,”kalau benar dia orang kurang waras aku akan melepaskannya dari penjara”. Kemudian raja memerintah kepada pengawalnya untuk mengeluarkan orangbadui dari tahanan dan memerintahkan untuk membawanya ke hadapan raja. Perintah raja dilaksanakan dan orang badui yang ditahan itu dihadapkan di muka raja.
Raja mengajukan pertanyaan” benarkah engkau seorang yang kurang waras?”orang badui itu menjawab,”Tidak demi Allah saya bukan orang sinting. Saya adalah seorang yang waras dan pikiran saya masih normal”. Maka raja menjadi marah mendengar jawaban orang badui itu, karena ia merasa tertipu oleh kawan-kawannya. Sedangkan wajah orang badui lainnya tampak pucat pertanda ketakutan. Takut karena mereka telah berkata bohong pada raja. Cepat-cepat mereka mendekati temannya dan membisikkan,”Akuilah bahwa engkau seorang gila agar engkau terlepas dari siksaan raja Hajjaj”. Orang badui yang sebagai tahanan itu merasa tersinggung mendengar kata-kata yang dibisikkan oleh kawan-kawan serombongannya itu, lalu ia berteriak keras”Allah telah memberikan akal dan pikiran yang waras, mengapa aku harus mengaku seorang gila? Bukankah dengan demikian aku mengingkari nikmat Allah yang diberikanNya kepadaku? Apakah aku mesti takut kepada Hajjaj dengan cara memungkiri nikmat Allah yang ada padaku? Demi Allah aku tidak akan berbuat demikian itu?
Raja Hajjaj mendengr teriakan orang badui itu. Dalam hatinya ia mengakui benar apa yang dikatakan oleh orang badui itu dan merupakan curahan hati yang sejujur-jujurnya. Sebaliknya raja makin mengetahui bagaimana kebohongan orang orangbadui lainnya. Oleh karena itu raja berkata,” tidak ada kekuatan kecuali pertolongan Allah. Aku member maaf kepadamu dan mengampuni kesalahanmu terhadap diriku. Engkau adalah orang yang betul betul beriman, seorang yang mau berani dan berterus terang sekalipun kepada raja sendiri. Mulai saat ini engkau kubebaskan dari tahananku”.
Kepada orang-orangbadui lainnya raja berkata,”Aku telah member maaf kepada temanmu ini dan ia mulai saat ini kubebaskan, sebab ia adalah orang yang jujur, yang berani berkata benar dan berterus terang sekalipun terdahap raja sendiri, terhadap raja yang berkuasa. Ia orang yang betul-betul kuat imannya, suatu hal yang perlu kamu contoh sekalian”. Setelah itu rombongan badui itu pun pulang kembali ke kampong halaman mereka.
******
Post a Comment