Marhabaan Yaa Ramadhan. Bulan yang penuh berkah, yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dariseribu bulan. Bagaimana momentum ini dapat dijadikan batu loncatan untuk menyingkirkan sekulerisme?
Dalam berbagai media massa baik
media cetak maupun media elektronik, dimuat berbagai berita tentang penutupan
tempat tempat hiburan malam selama bulan Ramadhan, tetapi boleh beroperasi
kembali setelah bulan Ramadhan usai. Tentunya fenomena ini sudah menampakkan bagaimana
efek bulan Ramadhan yang hasilnya masih nihil bahkan tidak memberikan suatu
perubahan sedikitpun. Adakah yang salah pada shaum Ramadhan kita? Itulah yang
harusnya menjadi pertanyaan dalam benak kita selama ini.
Itulah salah satu potret sekuler
di negeri ini. Meski mayoritas muslim, akan tetapi kehidupan diatur
berlandaskan sekulerisme, yakni agama yang dipisahkan dari kehidupan. Ajaran
Islam hanya menjadi urusan ibadah yang sifatnya individual, tidak berpengaruh
pada kehidupan masyarakat dan negara. Sekulerisme menghasilkan orang-orang yang
bermental hipokrit; lain di temapt ibadah,lain di ruang publik.
Semestinya bagi orang mukmin,
shaum Ramadhan menjadi sarana perbaikan diri. Menjadikannya momentum yang tepat
untuk berbenah diri untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita pada
Allah SWT, supaya tujuan shaum itu sendiri menjadikan kita semua menjadi orang
yang bertakwa.
Amiin
Post a Comment